Sabtu, 04 Agustus 2012

ONE AND ONLY | ONESHOT | MYUNGJONG

Annyeong,
saya balik lagi bawa ff *ehem* myungjong *ehem*
yang myungjong shipper, mana suaranyaaaaaaah???
*krik .. krik ..* yasudahlah ._.
Ini ff sequel dari 'Someone Like You' , tapi ini aku buat dari sudut pandangnya Sungjong.Maaf kalo banyak typo, namanya manusia, harap maklum #plak
Silahkan baca ff oneshot dari admin abal abal ini :D


ONE AND ONLY -Myungjong-

Yaoi | Romance | Little bit of angst









TOK TOK TOK

Ya ampun. Haruskah ada yang menggangguku saat kartun favoritku ini sedang tayang? Kutoleh kekanan dan kekiri, aku sendirian di depan tv. Hyung tidak ada disini, eomma dan appa juga tidak ada.

TOK TOK TOK

Dengan sedikit malas aku bangkit dari sofa yang empuk dan hangat itu

"Iya sebentar" teriakku asal. Kubuka pintu, dan sesosok pemuda jangkung berdiri di depanku tanpa ekspresi. Kuamati dia sebentar, namja itu memakai pakaian serba hitam mulai sepatu sampai jaket yg dipakainya. Aku curiga dia semacam agen rahasia yg dikirim untuk menghancurkan keluargaku. Seperti yang ada di film film itu.*cukup sungjong! khayalanmu terlalu tinggi* kutegaskan hal itu pada diriku sendiri

"Cari siapa yah?" tanyaku senormal mungkin
"Apa benar ini rumah Lee Sungyeol?" dia balik bertanya dengan mata tajamnya yg tidak pernah lepas dari wajahku. Oke, itu membuatku takut. Jangan jangan perkiraanku tentangnya itu memang benar.
"Kalau boleh tau, ada perlu apa dengan hyu..."
"MYUNGSOO-AH" secara spontan kututupi kedua telingaku. Teriakan melengking dari hyungku itu benar-benar merusak telinga. kutoleh kebelakang, kulihat hyungku, Lee Sungyeol menuruni tangga, dan berjalan ke arahku. Kugelengkan kepalaku, dan kembali kulihat namja asing bernama myungsoo itu.

OH.MY.GOD. Apa benar dia namja yg sama? Dia yg tadi berdiri tanpa ekspresi, sekarang, sekarang dia tersenyum melihat hyungku datang. Dan.... dia benar benar namja yang manis saat tersenyum.
"Sungjong"

"..."

"Sungjong-ah"

"..."

"Yah, Lee Sungjong!!"

"Eh,eh apa hyung? kau memanggilku?"

"Sampai kapan kau akan berdiri di depan pintu? Apa kau tidak membiarkan temanku masuk?" omel sungyeol hyung. Aku segera merapat ke pintu, memberi jalan namja asing itu untuk masuk. Sekilas dia memberi senyumnya ke arahku. Meninggalkanku terdiam ditempat. Memandang jalanan di depan rumah yang sepi. Efek sebuah senyuman.


"Sungjong, kau tidak masuk?" teguran Sungyeol hyung lagi lagi menyadarkanku. Cepat cepat kututup pintu, dan bergegas berjalan menuju kamarku.

 "Sungjong tunggu." Sungyeol hyung menghentikanku. Aku hanya memandangnya dari tempatku berdiri, tapi dia melambaikan tangannya mengisyaratkanku untuk mendekatinya.

"Kenalkan, ini temanku, Kim Myungsoo."


Kubungkukkan tubuhku, dan menyapanya tanpa memandang wajah namja itu

"Annyeong hasaeyo Myungsoo-ssi"

"Myungsoo, ini adikku satu satunya, Lee Sungjong"

Aku masih menunduk saat itu. Dan Kim Myungsoo lalu mengulurkan tangannya, kulihat tangan itu sebentar sebelum kujabat. Sebuah rasa aneh menjalar di seluruh tubuhku. Jantungku berdetak lebih kencang, dan kurasakan wajahku memanas. Cepat-cepat kulepas tangannya, dan dengan langkah cepat aku menuju kamarku. Kusandarkan badanku di balik pintu kamar. Kupegang dadaku dan masih bisa kurasakan jantungku berdetak cepat. Kuhembuskan nafas perlahan dan kututup mataku. Apa yang sebenarnya kurasakan ini?



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Itulah saat pertama kali aku bertemu Myungsoo hyung. Segala hal yang berkaitan dengannya kuingat dengan jelas. Setiap detail yang terjadi saat itu benar-benar tergambar di pikiranku, seperti memutar sebuah film. Tidak mudah bagiku untuk menghilangkan sebuah ingatan akan moment penting yang terjadi dalam hidupku. Dan moment saat aku pertama bertemu Myungsoo hyung adalah salah satu moment penting dalam hidupku, karena itu saat pertama kali aku mengenalnya dan saat itu juga aku menyukainya. Benar-benar menyukainya.



Kulangkahkan kakiku ke ruang tengah apartementku. Ya, semenjak kematian Sungyeol hyung, aku memutuskan untuk tinggal sendirian di apartemen. Eomma dan Appa memilih untuk pindah ke Busan, ke rumah nenek dan kakekku. Mungkin mereka masih merasa sedih jika tetap tinggal dirumah yang lama. Karena memori akan Sungyeol hyung semua terdapat disana. Aku juga merasa seperti itu, jika aku tinggal disana, aku tidak bisa menghilangkan kesedihanku akan kehilangan hyung tercintaku itu. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Seoul. Selain kampusku ada di Seoul, aku tidak mau meninggalkan Myungsoo hyung.



Kuambil sebuah pigura kecil yang membingkai fotoku yang sedang tersenyum ceria dipelukan Sungyeol hyung. Aku tersenyum memandang foto itu. Aku merindukan pelukan hyungku itu. Pikiranku melayang ke waktu itu, tanggal 23 Agustus 2 tahun yang lalu. Pada tanggal itu aku dapat pelukan terakhir dari Sungyeol hyung.



-Flashback-

Aku merasa malas pulang kerumah jadi aku sengaja mampir ke taman yang benar-benar indah dan nyaman, Olympic Park. Aku tidak ada maksud apa-apa untuk kesana, hanya untuk mengulur waktu. Aku tidak mau berada di rumah, karena Myungsoo hyung ada di sana. Bukannya aku membencinya atau apa karena telah berpacaran dengan hyungku, hanya saja aku tidak kuat dan tidak tahan jika harus melihat mereka mesra-mesraan di depanku. Melihat mereka tersenyum satu sama lain saja sudah membuat hatiku sakit. Maka dari itu aku lebih memilih berada di luar daripada di rumah bersama mereka.



Cukup lama aku berjalan, kupilih untuk mengistirahatkan kakiku sebentar di bangku bangku taman yg banyak tersebar disana. Sambil meminum sekaleng soda yang baru kubeli, kuperhatikan keadaan sekelilingku. Banyak pasangan yang melintas didepanku. Mulai dari yang masih sekolah, sampai ada sepasang kakek-nenek yang tampak sangat bahagia berjalan dihadapanku. Aku merasa sesak. Ternyata tidak enak jika harus menekan perasaan sendiri. Sakit sekali. 



Saat kuputuskan untuk berjalan pulang, aku berpikir myungsoo hyung sudah tidak ada di rumah. Tapi aku salah. Sungyeol hyung dan Myungsoo hyung sedang bercanda di depan tv saat aku membuka pintu. Kami bertiga terdiam sejenak dan saling memandang.

"Kau darimana Sungjong?Tidak biasanya kau pulang selarut ini" tanya Sungyeol hyung sambil menata duduknya, menjauhkan diri dari Myungsoo hyung

"Hanya jalan-jalan" sahutku sekenanya sambil berjalan ke kamar. Aku langsung merebahkan tubuhku di kasur dan mencoba untuk tidur. Terlalu banyak beban saat ini, aku tidak sanggup menahannya.



><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>



"ireona..."

"..."

"sungjong-ah. Ireona..."

"eummm.."

"Yah, ireona. Kau belum makan"

"Aku ingin tidur hyung, aku ngantuk"

"ayo, bangun"

Sungyeol hyung kali ini mengguncang tubuhku. Ahh, mau apa dia menggangguku?!

"ck"

"Sudah kubilang aku ingin tidur hyung. Pergilah ke pacarmu, dan biarkan aku tidur disini." bentakku. Sungyeol hyung terdiam. Begitu juga aku. Aku menyesali kata-kataku barusan. Tapi percuma, aku sudah mengucapkannya, jadi aku memilih untuk kembali berbaring membelakanginya.



Lama aku tidak mendengarnya bicara, mungkin dia sudah keluar. Tapi lalu aku merasakan tempat tidurku sedikit bergoyang. Kutoleh kebelakang dan sungyeol hyung sudah berbaring persis di belakangku

"Apa yang kau lakukan disini? Sana pergi ke tempat tidurmu sendiri" kataku sambil berusaha menggesernya dari tempat tidurku

"Mianhae" katanya pendek

"Apa maksudmu?"

"aku tau kau menyukai Myungsoo, maafkan aku." dia kembali berkata membuatku terdiam. Aku tidak tau bagaimana dia bisa tau, padahal aku tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun

"Aku tidak tau apa yang kau bicarakan hyung. Sekarang pergilah dari tempat tidurku"

"Aku bisa merasakannya, Sungjong. Dari caramu menatap Myungsoo dan caramu bereaksi di dekatnya. Kau menyukainya."

"Hyung, cukup!" kali ini aku bangkit, duduk. Aku menatapnya yg masih berbaring, airmataku sudah menggenang

"Kalau aku mengatakan aku menyukai Myungsoo hyung apa kau akan menyerahkannya padaku? Apa kalau aku mengatakan aku menyukainya dia akan mengabaikanmu dan berpaling padaku? Tidak, hyung! Percuma saja aku mengatakan aku menyukainya jika itu tidak akan bisa mengubah apa-apa." tangisku pecah. Aku benar-benar payah. Aku pasti melukai Sungyeol hyung, dia pasti terluka. Aku seharusnya lebih bisa mengontrol emosiku. Seharusnya aku tidak mementingkan perasaanku sendiri, seharusnya .....

 GREP

 "Mianhae. Kalau kau bilang lebih awal, aku tidak akan melakukan ini." katanya sambil memelukku. Kugelengkan kepalaku dengan keras, dan kulepas pelukannya

"Tidak, hyung. Maafkan aku. Tidak seharusnya aku mengatakan hal tadi. Kalian saling menyukai, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kalian berdua orang yg sangat kusayangi, tidak akan kubiarkan kalian menderita dengan perkataanku tadi."

"Sungjong, tapi kau ....."

"Jangan tinggalkan dia, hyung. Jebal. Aku tidak mau menjadi sebab kalian berpisah." kataku akhirnya, keputusan final. Kembali kurebahkan diriku, dan menghadap membelakangi Sungyeol hyung.

"Malam ini aku tidur dikasurmu yah?"

Aku mengangguk lemah.



"Sungjong-ah. Bolehkah aku memelukmu?"

Kali ini aku terdiam sebentar, tapi kemudian aku kembali mengangguk.

"Terima kasih, sungjong. Aku sangat menyayangimu, kau memang adik yang baik." sungyeol hyung berkata pelan

"Semua orang pasti akan melakukan hal yang sama jika jadi aku." kucoba menjawabnya sedewasa mungkin

"Tidak. Tidak banyak orang baik diluar sana. Myungsoo pasti juga menyukaimu." katanya lagi. Sebenarnya topik ini membuatku terganggu, aku tidak suka membicarakan Myungsoo hyung saat ini.

"Apa maksudmu hyung? Myungsoo hyung itu menyukaimu, sudahlah, jangan bicarakan ini lagi."

"Sungjong-ah, maukah kau berjanji?" tanya Sungyeol hyung sepenuhnya mengabaikanku

"Apa?"

"Berjanjilah kau akan selalu menyanyangi myungsoo seperti ini. Berjanjilah kau akan selalu di sampingnya. Berjanjilah kau akan selalu membuatnya tertawa. Berjanjilah kau akan membuatnya bahagia."

"Apa maksudmu hyung? Seharusnya kau yang mengatakan janji itu!" kataku sedikit kesal

"Janji?"

"Hyung, jangan be..."

"Janji?"

"hyung, aku..."

"Janji?"

"..."

"Janji?"

"baiklah, aku janji. Tapi apa maksud..."

"Sssst, sudah malam. Tidurlah!"

Aku menyerah. Dia benar-benar kakak yang absurd. Segera kututup mataku. Bisa kurasakan nafasnya di balik punggungku. Dengan tangannya yang masih memelukku. Aku tidak tau kenapa, tapi aku suka pelukan hyungku. Aku merasa nyaman dan hangat, seperti ini.


-END OF FLASHBACK-


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Dan ternyata, itulah terakhir kali ia memelukku. Esoknya, sebuah kecelakaan membuatnya koma selama 3 hari sebelum membuatnya meninggal, tepat dihari ulang tahunnya.



Kini aku sadar kenapa dia memaksaku berjanji seperti itu. Jika dia pernah mengatakan 'Tidak banyak orang baik diluar sana' , dia adalah salah satu orang baik yang pernah ada di bumi. Dia membuatku belajar arti menghormati dan menjalani sebuah janji. Janji yang dulu dia paksakan untukku, aku merasa sedikit sulit untuk mewujudkannya. Karena Myungsoo hyung sendiri tidak bisa langsung menerimaku. Dia masih dibayang-bayangi oleh Sungyeol hyung. Aku berusaha keras untuk menepati janji-janjiku. Dan saat itu aku yakin, keberhasilan selalu tergantung pada tekad kita untuk mewujudkannya. Kini aku bisa tersenyum bahagia. Bersama Myungsoo hyung, aku kini bisa bahagia.



Aku tau, Sungyeol hyung juga memaksa myungsoo hyung membuat sebuah janji, meskipun aku tidak tau apa itu. Tapi kami sepertinya sudah berhasil menepatinya. Kami hanya perlu menjaganya. Aku akan selalu menjaga janjiku, selamanya.



"Sungjong-ah..." suara dari namja yang selalu kucintai

"oh, myungsoo hyung. kapan kau datang?" kataku cepat sambil meletakkan pigura itu kembali ketempatnya.

"Aku baru saja datang.Kau tidak rindu padaku?" tanyanya penuh selidik. Kusipitkan mataku lalu kulipat kedua tanganku di dada

"Tidak" kataku tegas. Dia memasang muka kecewa, dan berbalik badan berjalan menuju pintu.



Cepat-cepat aku berlari dan memeluknya dari belakang

"Kau sensitif sekali, tidak punya rasa humor." godaku. Lalu ia berbalik badan dengan senyum diwajahnya. Senyum yang selalu membuatku terpesona tidak peduli berapa ribu kali aku memandangnya

"Cium aku." katanya agak memaksa dengan menunjuk-nunjuk bibirnya.

"Cih, apa maksudmu?"

Tapi Myungsoo hyung terus menunjuk bibirnya. Oke, oke. Aku menyerah! He's too cute to resist.

 CUP

 Kuberikan sebuah kecupan singkat lalu aku berjalan kedepan tv

"Yah, yah. Apa-apaan itu? Hanya itu saja?" protes Myungsoo hyung. Dia menghampiriku yang sudah duduk dengan menisnya di sofa.

"Berikan satu lagi" rujuknya, tapi aku hanya menggeleng pelan

"Ahh, jebaaaal" rengeknya seperti anak kecil. Sungyeol hyung, aku tidak pernah melihatnya seperti ini, apa kau sanggup menghadapinya?



Kulihat dia. Dia tersenyum manis ke arahku. Tapi lalu kuarahkan lagi pandanganku ke tv

"Jebaaaaaal" dia kembali merengek. Kututup kedua telingaku karena dia terus merengek seperti anak bayi. Gaaah, dia benar-benar berisik. Kutatap wajahnya. Kupegang kedua rahangnya, dan akhirnya dia diam

"Aku tidak akan sering melakukan ini" ancamku sebelum kembali menciumnya. Kali ini ciuman yang panjang dan lembut. Tuhan , aku benar benar mencintai namja ini.


"Aku mencintaimu" bisiknya pelan ditelingaku. Aku tersenyum mendengar pengakuannya itu

"Nado" balasku sebelum memeluknya erat.

Aku ingin kami terus seperti ini, dan kami akan terus seperti ini :) Together, Forever.


END

1 komentar:

story of jodi indra pujawan mengatakan...

http://jodiindrap.blogspot.com/2013/09/cerita-di-balik-behel.html

read and visit my blog

Posting Komentar

 

Copyright © Writing and My World. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver